Resensi Buku “Mahir Menulis Akademik: Mendapatkan Nilai Terbaik dalam Tugas, Makalah, dan Ujian Kuliah karya Tirta Mursitama dan M Faisal Karim ini diresensi oleh M Isnain Abd Malik.
Dalam perkuliahan, tugas dari dosen acap menghantui mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa Hubungan Internasional (HI). Tugas itu, yang sering disebut “tulisan akademik”, bisa berjenis makalah, esai, resensi, atau sekadar ringkasan artikel.
Kendati pelbagai jenis tulisan ini berbeda tujuan dan bentuk, mereka sama-sama bersifat akademis dan tentu bergenre nonfiksi.
Prinsip tulisan akademik
Tulisan akademik, kata Fawaid, mesti mempertimbangkan gaya, tujuan, audiens, sistematika dan diksi yang formal, serta penyajiannya.1 Karena pelbagai pertimbangan ini spesifik ditujukan pada dosen yang akan membaca tugas mahasiswanya, tulisan itu mesti tersusun logis, berdiksi relatif ilmiah, dan penyajiannya sesuai petunjuk sang dosen.
Asumsinya, dengan mengidentifikasi bentuk dan isi pelbagai jenis tugas perkuliahan, mahasiswa atau bakal mahasiswa HI relatif mudah menyelesaikannya.
Tentang buku
Mahir Menulis Akademik: Mendapatkan Nilai Terbaik dalam Tugas, Makalah, dan Ujian Kuliah adalah buku khusus para mahasiswa HI dalam bergelut dengan tugas-tugas perkuliahan. Gaya bertutur buku bak ceramah dari dosen ke mahasiswanya. Sementara itu, isi buku terbagi atas sepuluh bab. Lima bab awal antara lain pengantar, pendahuluan, sitasi, plagiarisme, dan penutup, sedangkan lima bab lain merupakan inti buku: jenis penulisan yang kerap ditugasi selama perkuliahan.
Bab awal buku karya dosen HI Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta, ini merentangkan pelbagai alasan mengapa mahasiswa selayaknya membiasakan menuangkan pemikiran ke dalam tulisan. “Menulis adalah proses yang membantu Anda untuk memahami lebih dalam.” (hlm 5). Bukan hanya itu, “Menulis menghasilkan suatu produk yang menunjukkan kualitas belajar Anda.” (hlm 6).
Bermacam tugas kuliah
Kelima tugas-penulisan yang tersaji dalam buku ini tersusun dari yang mudah sampai yang sulit: ringkasan, ulasan kritis, esai-akademis, esai-jawaban, dan makalah-riset.
Ringkasan bersih dari penilaian subjektif. Membahasakannya secara pribadi. Ia bukan terjemahan dari buku atau artikel yang ditugasi dosen untuk diringkas. Begitulah ringkasan.
Berbeda dengan ringkasan yang menuntut objektivitas isi teks yang diringkas, ulasan-kritis mensyaratkan objektivitas sekaligus subjektivitas si mahasiswa. Ia menitikberatkan pada penilaian kritis sang mahasiswa atas artikel/buku yang ditinjau.
Strategi kritik itu bisa menggunakan satu buku untuk mengritik buku tertentu yang bertopik sama, tetapi berbeda argumen. Bisa pula menggunakan satu atau lebih buku atau artikel untuk sekadar mengisi celah buku yang akan kita kritik. Atau lebih jauh, bisa juga mengomparasi dua atau lebih buku atau artikel untuk mengidentifikasi kelebihan-kekurangannya masing-masing (hlm 35–36).
Dua jenis tulisan ini sungguh semacam fondasi menulis esai-akademis. Kemampuan meringkas ide dan sikap kritis menghasilkan esai-akademis yang bagus. Dengan begitu, jenis tulisan yang menitikberatkan pada pembuktian—di dalamnya tercantum ‘pernyataan-tesis’ yang coba dibuktikan—ini dapat ditulis dengan mudah.
Berbeda sedikit dari esai-akademis, makalah-riset relatif lebih formal. Formalitas itu terefleksi dari embel-embel “riset” yang, karena itu, memakai desain-penelitian. Iya, tulisan jenis ini menyentuh aspek metodologi. Dengan begitu, makalah-riset semacam ancang-ancang menulis skripsi dalam perkuliahan strata-1.
Kelima jenis penulisan disajikan menggunakan contoh sehingga pembaca dapat mengidentifikasi berdasarkan bentuknya. Selain bentuk, masing-masing contoh pun tersedia catatan di pinggir paragraf sebagai penjelasan: mana yang merupakan pernyataan-tesis, argumentasi, analisis, hingga kesimpulan.
Di sisi lain, kedua penulis juga menyediakan indikator pada kelima jenis penulisan tersebut di akhir bahasan sebagai tumpuan untuk menilai tulisan kita berdasarkan nilai (dari dosen) yang akan mahasiswa dapat.
Selain pemaparan kelima jenis penulisan, etika pun tak lupa digarisbawahi di akhir buku. Yakni plagiarisme dan sitasi. Pembaca akan mampu mengenali jenis dan bentuk tulisan yang terkategori plagiarisme. Keduanya menyempurnakan isi buku bertopik penulisan akademis ini.
Untuk siapa buku ini
Melalui kepadatan isinya di masing-masing bab, buku ini bukan hanya pas untuk mahasiswa berdisiplin HI saja, melainkan juga relevan buat penstudi ilmu sosial lainnya.
Data Buku dan rating
“Ini buku khusus para mahasiswa prodi Hubungan Internasional di Indonesia dalam menggeluti berbagai tugas dari dosen.”
*Catatan akhir:
- Achmad Fawaid, Pengantar Penulisan Akademik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 103—117. ↩︎