Hubungan Internasional Resensi Buku

Horizon Memahami Riset Hubungan Internasional

buku metode penelitian hubungan internasional

Resensi buku Metode Penelitian Hubungan Internasional karya Umar Suryadi Bakry ini diresensi oleh M Isnain Abd Malik


Peristiwa internasional diwartakan media massa kepada kita memang sekadar informatif. Kendati berasas jurnalistik, mengandalkan isi berita semata-mata takcukup mengenyangkan kuriositas kita tentang dinamika mondial kiwari.

Ketakcukupan menggugah pertanyaan. Tatkala kita membaca berita, misalnya, mengenai Presiden Jokowi berkonferensi internasional di forum maritim: Bagaimanakah rezim Jokowi-JK mengimplementasi “diplomasi maritim”?

Pertanyaan itu awal riset. Ia dijawab dengan metode ilmiah (science method). Dengan begitu, idealnya, jawaban akan tersodor secara argumentatif berlambar analisis via konsep dan/atau teori.

Lazimnya, wawasan bermetode riset, khususnya dalam studi Hubungan Internasional (HI), dipelajari via buku-buku panduan yang di Indonesia telah diterbitkan kendati isinya inkomplet karena tidak fokus. Karya Mochtar Mas’ud Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (1990), misalnya, memang membahas prosedur riset (metodologi) secara umum. Namun, lantaran diterbitkan kala metodologi positivisme sedang bergelora, ia parsial semata-mata pada pendekatan realisme, padahal dinamika mondial kiwari kian bertransformasi membutuhkan pendekatan berbeda.

Selain karya akademikus HI UGM tersebut, ada pula Metodologi Ilmu Hubungan Internasional: Perdebatan Paradigmatik dan Pendekatan Alternatif (2014), disunting oleh Asrudin, Mirza Jaka Suryana, dan Musa Maliki. Meskipun menyentuh aspek prosedur meneliti, dalam bab tertentu, buku bunga rampai ini sebagian besar berfokus pada perdebatan paradigma.

resensi buku metode penelitian hubungan internasional karya umar s bakry
Sampul buku Metode Penelitian Hubungan Internasional karya Umar S Bakry

Tak ayal, Metode Penelitian Hubungan Internasional (2016) karya Umar Suryadi Bakry merupakan karya pertama metode riset HI di Indonesia karena pembaca tidak hanya disuguhi bahasan prosedur, tetapi juga perkakas riset serta fitur-fitur di bab akhir kendatipun beberapa subbab isinya kurang mendetail. Bakry (2016) menjabarkan isi buku bersembilan bab. Semua dipaparkan secara runtut, di samping penyitasian pustaka acuan hanyalah yang kredibel.

Metodologi

Dari Bab Satu hingga Bab Tiga menyuguhkan kita, pembaca atau calon periset, pertama-tama perihal “metodologi”. Tujuannya: mewawasani kita tentang asumsi yang melandasi penerapan suatu metode untuk kasus yang dicobatangani.

Baca juga:  Mahasiswa Hubungan Internasional “Mahir Menulis Akademik”

Itu sebabnya, metodologi berbeda dengan metode walaupun sama-sama terklaster dalam “epistemologi (filsafat pengetahuan)” (Hadi, 1994). Sementara metode adalah perkakas untuk mengumpul, menganalisis, dan menginterpretasi data, metodologi ialah prosedur tentang perkakas tersebut.

Bahasan prosedur didetailkan di Bab Dua. Yaitu perbedaan metodologi bertipe kualitatif dan kuantitatif. Keduanya dikupas dari segi tujuan, fokus, dan peran periset. Kekontrasan mereka patut digaribawahi sebelum kita beralih—lebih dalam dan spesifik—ke Bab Tiga.

Yaitu debat metodologi dalam rumpun HI antara “rasionalisme” dan “reflektivisme”. Sementara yang pertama bertujuan “menjelaskan”, yang terakhir berfokus “memahami” makna di balik sebuah kasus penelitian. Karena keduannya merupakan penunjuk metode mana yang akan dipakai menjawab pertanyaan penelitian, penting memahami dua tradisi riset studi HI ini.

Kedua perdebatan itu pun berimplikasi di ranah teoretis. Semisal realisme dan neorealisme—termasuk turunannya, seperti teori pilihan rasional dan teori permainan—serta liberalisme dan neoliberalisme tercakup dalam metodologi-rasionalisme, maka metodologi-reflektivisme di dalamnya terjejer feminisme, teori kritis, post-kolonialisme, konstruktivisme, dan post-modernisme.

Lalu, riset HI bertipe kualitatif dan kuantitatif—termasuk kelebihan-kekurangan dalam penerapannya—digarisbesarkan di Bab Tiga, sebelum didetailkan pada bab-bab berikutnya.

Metode

Itu berarti kita mulai memasuki inti buku: metode riset. Struktur babnya masing-masing ditampilkan sealur kerangka riset. Ini diawali tentang memilih topik, merumuskan pertanyaan, dan mendesain riset (Bab Empat); meninjau pustaka (Bab Lima); mengumpul data (Bab Enam); menganalisis dan menginterpretasi data (Bab Tujuh); serta metode riset yang lazim (Bab Delapan) dan yang alternatif dalam HI (Bab Sembilan).

Sebagaimana contoh pertanyaan yang tercantum di paragraf kedua resensi ini, maka itu bermaksud “memahami”—jika periset mengklaim demikian— peran Indonesia dalam praktik diplomasi maritim. Topik politik luar negeri ini lantas kita desain risetnya. Semisal lagi dalam konteks pertanyaan di atas itu berjenis kualitatif, maka kita mendesain menggunakan salah satu metode dalam buku ini: ground theory-kah, atau studi kasuskah.

Baca juga:  Menulis Opini yang Pantas

Dua metode itu masing-masing berbeda fokus, cara pengumpulan, dan cara penganalisisannya. “Berbeda jenis pendekatan penelitian akan berbeda pula desain penelitiannya,” tulis dosen senior HI Universitas Jayabaya ini.

Lantas, kita disuguhi cara menulis kajian pustaka. Tahap ini tidak bisa tidak periset membacakritisi topik-topik terkait risetnya via menelaah jurnal-ilmiah, buku, dan literatur kredibel lainnya. Gunanya: menemukan celah dari topik tertentu yang periset tangani untuk diisi agar menopang gagasan, bahkan bisa pula mengkritisi dengan metode atau teori baru. Selain itu, kita juga dapat memilih pendekatan, struktur, dan model penulisan kajian pustaka. Ini semua dijabarkan secara runtut.

Tahap berikut adalah pengumpulan data. Ia mesti relevan dengan desain riset. Tidak mungkin menggunakan metode survei jika desainnya berkualitatif. Selain survei, juga dipaparkan beragam metode, seperti wawancara, observasi, dan teknik lainnya.

Kita kemudian menganalisis dan menginterpretasi data. Bila analisis data adalah kerja memilah-milah data yang relevan dengan pertanyaan dan konsep tertentu, interpretasi ialah memaknai data temuan tersebut (hlm. 214). Sajian tiga metode analisis data dipaparkan bila berkualitatif, yaitu induksi, sekunder, dan grounded theory. Sebaliknya, ia berkuantitatif bila statistik dan matematika.

Berbeda dengan analisis yang berkutat dengan logika, maka interpretasi bergumul dengan imajinasi periset. Menginterpretasi data, menurut Bakry (2016), kreativitas peneliti adalah kunci. Sebab, ia mesti memaknai secara luas temuannya, lalu dihubungkan dengan bidang studi, atau bila perlu praksis kebijakan.

Buku setebal 347 + xiv halaman ini dikunci dengan dua bab metode-metode riset HI; Bab Delapan tentang “metode arus-utama” dan Bab Sembilan tentang “metode alternatif”. Istilah “arus-utama”—diantaranya studi kasus, komparatif, historis—berarti lazim dimetoderisetkan. Sebaliknya, “alternatif” jarang diaplikasikan, dan kalau diterapkan, hasilnya paling tidak menambah kekayaan perspektif, atau temuan baru dalam kajian HI. Ini diantaranya analisis interpretatif, analisis narasi, analisis isi, metode etnografi, metode netnografi, dan metode psikobiografi.

Baca juga:  Menulis Opini yang Pantas

Kedua bab itu bernilai karena di akhir subbab masing-masing direkomendasikan bacaan-lanjutan bila pembaca hendak mendalami metode riset tertentu. Fitur ini menunjukkan buku mana—misalnya, untuk mendalami metode analisis wacana, maka dirujukkan The Power of World on International Relations: Birth of an Anti-Whaling Discourse karya Charlotte Epstein terbitan 2008—yang bersumber kredibel.

Namun, jelas, implikasi fitur tersebut ialah pembaca tidak tuntas memahami metode-metode alternatif karena isinya kurang detail, padahal berguna bagi mereka mengaplikasikannya di tengah gencaran riset bermetode arus-utama. Ataukah intensi penulis memang sengaja memprovokasi munculnya buku-buku metode riset HI alternatif—misalnya, buku “metode riset netnografi dalam studi HI”—di Indonesia?

Kendati begitu, mesti diakui, karya akademikus berdisertasi tentang intervensi kemanusiaan oleh NATO di Libya pada 2013 ini memperluas horizon pemahaman penstudi dan bakal periset HI di Tanah Air.


Referensi

Asrudin, Suryana, M. J., Maliki, M. (2014). Metodologi ilmu hubungan internasional: Perdebatan paradigmatik dan pendekatan alternatif. Malang: Intrans Publishing.

Hadi, P. H. (1994). Epistemologi (filsafat pengetahuan). Yogyakarta: Kanisius

Mas’ud, M. (1990). Ilmu hubungan internasional: Teori dan metodologi. Jakarta: LP3ES.


Data buku dan rating

resensi buku hubungan internasional
sampul buku (M Isnain Abd Malik in studihi.com)

Buku “Metode Penelitian Hubungan Internasional” karya Umar Suryadi Bakry memperluas pemahaman penstudi HI tentang metode penelitian bidang mereka.

Bagikan ini:

Tentang Penulis

Seorang penulis konten web dan peresensi buku. Dia lulusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jayabaya, Jakarta, Indonesia.

(1) Komentar

  1. bagus artikelnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *